Main Gadget, Penyebab Mayoritas Pekerja Muda Konstruksi Kurang Tidur

Melalui penelitiannya Pusat Kajian dan Terapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PKTK3) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) menemukan fakta bahwa mayoritas pekerja muda konstruksi bermain gadged hingga larut malam setiap harinya. Waktu (durasi) tidur para pekerja muda yang bekerja di sektor konstruksi itu rata-rata 4 – 6 jam atau kurang dari 8 jam/hari.

Dari penelitian tersebut 440 pekerja muda yang bekerja di sejumlah proyek konstruksi di Jakarta, Banten, dan Jawa Barat yang memiliki kebiasaan bermain gadget hingga larut malam adalah 327 pekerja (74,3%).

Kebiasaan berkomunikasi, bercanda gurau di social media hingga larut malam diduga menjadi sarana hiburan untuk melepas penat setelah seharian bekerja di lapangan, sehingga kalangan pekerja tidak memiliki waktu yang cukup untuk tidur pada malam hari (4-6 jam).

Bahayanya, untuk mengusir rasa ngantuk dan menimbulkan semangat kerja, para pekerja muda tersebut mengonsumsi minuman energi (energy drink) yang dijajakan kios-kios di sekitar lokasi proyek konstruksi.

Menurut Guru Besar K3 FKM UI, zat yang terkandung dalam kopi yaitu caffein dan methyl xantin pada energy drink akan menimbulkan efek stimulan pada susunan syaraf pusat yang bisa meningkatkan semangat dan kesegaran sehingga orang yang mengonsumsinya akan merasa lebih segar dan tidak lagi didera rasa kantuk.

Tetapi itu sifatnya hanya sementara atau efeknya cuma sebentar. Setelah itu tubuh akan merasa kelelahan yang berlebih dan memerlukan waktu istirahat lebih banyak untuk membayar ‘hutang’ tidur atau istirahat, agar tercapai keseimbangan tubuh secara fisiologis.

Karena itu Prof Meily berharap agar semua pihak yang terkait di bidang konstruksi perlu mewaspadai kebiasaan meminum energy drink di kalangan pekerja konstruksi. “Sebab dalam jangka panjang, akan berdampak buruk pada kesehatan dan produktivitas pekerja, antara lain kebugaran menurun dan risiko CVD meningkat,” Prof Meily menambahkan.

Sektor konstruksi memiliki tingkat risiko bahaya yang tinggi. Sehingga rasa ngantuk dan kelelahan akan mengurangi kewaspadaan yang bisa menjadi sumber kecelakaan kerja.

Sumber: isafetymagazine.com

Menu