7 Elemen Program Konservasi Pendengaran (PKP)
Program konservasi pendengaran (PKP) atau hearing conservation program merupakan program yang diterapkan di lingkungan kerja untuk mencegah gangguan pendengaran akibat terpapar kebisingan pada pekerja.
Secara umum, tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja melalui pencegahan gangguan pendengaran akibat bising di tempat kerja. Program konservasi pendengaran terdiri dari tujuh komponen, di antaranya:
1. Penilaian paparan kebisingan
Tujuan penilaian atau survei kebisingan adalah untuk mengetahui adanya sumber bising yang melebihi nilai ambang batas (NAB) yang diperkenankan dan mengetahui apakah bising mengganggu komunikasi pekerja, atau perlu mengikuti PKP.
Selain itu, juga untuk menentukan apakah area kerja tertentu memerlukan alat perlindungan pendengaran, menilai kualitas bising untuk pengendalian serta menilai apakah program pengendalian bising telah berjalan baik.
Penilaian paparan kebisingan ini meliputi:
- Penilaian area, antara lain memantau kebisingan lingkungan kerja, mengidentifikasi sumber bising di lingkungan kerja, sumber bising yang melebihi NAB, menentukan perlunya pengukuran lebih lanjut, serta membuat peta kebisingan (noise mapping).
- Penilaian dosis paparan harian, antara lain mengidentifikasi kelompok kerja yang memerlukan pemantauan dosis paparan harian, menentukan pekerja yang perlu dipantau secara individual, menganalisis dosis paparan harian, dan menentukan pekerja yang memerlukan penilaian dengan audiometri.
- Engineering survey, antara lain melakukan analisis frekuensi untuk pengendalian, mengetahui pola kebisingan untuk perawatan, modifikasi, rencana pembelian peralatan mesin berikutnya, menentukan area yang perlu alat pelindung, dan mengusulkan pengendalian yang diperlukan.
2. Pengendalian kebisingan
Pada program pencegahan gangguan pendengaran terdapat tiga hal yang dapat mengontrol bahaya kebisingan, yaitu:
- Rekayasa teknologi (engineering control) dengan pemilihan peralatan/mesin/proses yang lebih sedikit menimbulkan bising, isolasi sumber bising dengan pemasangan peredam bunyi, melakukan perawatan, dan menghindari kebisingan.
- Pengendalian administratif, dengan melakukan shift kerja, mengurangi waktu kerja, merotasi tempat kerja, pengaturan produksi dengan cara menghindari bising yang konstan, dan melakukan pelatihan dan sosialisasi fungsi pendengaran dan perlindungan.
- Alat pelindung pendengaran. Penggunaan alat pelindung pendengaran merupakan pilihan terakhir yang harus dilakukan. Alat pelindung pendengaran yang digunakan harus mampu mengurangi kebisingan hingga mencapai 85 dB, harus nyaman, sesuai dengan bahaya dan jenis pekerjaan, serta efisien.
3. Tes audiometri berkala
Audiometri adalah pemeriksaan pendengaran menggunakan audiometer nada murni karena mudah diukur, mudah diterangkan, dan mudah dikontrol. Terdapat tiga syarat untuk kebasahan pemeriksaan audiometri, yaitu alat audiometer yang baik, lingkungan pemeriksaan yang tenang, dan keterampilan pemeriksa yang cukup andal.
Pekerja yang diperiksa harus kooperatif, tidak sakit, mengerti instruksi, dapat mendengarkan bunyi di telinga, sebaiknya bebas dari paparan bising sebelumnya minimal 12-14 jam, dan alat audiometer terkalibrasi. Tes audiometri atau tes pendengaran terhadap pekerja ini setidaknya dilakukan secara berkala setahun sekali.
Pemeriksaan audiometri ini sangat bermanfaat untuk pemeriksaan screening pendengaran, dan merupakan penunjang utama diagnostik fungsi pendengaran.
4. Alat pelindung pendengaran
Menggunakan pelindung pendengaran ketika bekerja dengan paparan kebisingan tinggi merupakan upaya pencegahan yang tak kalah penting. Anda bisa menggunakan ear plug atau ear muff yang memiliki nilai NRR (Noise Reduction Rate) sesuai nilai kebisingan di area kerja atau dengan NRR terbesar.
Namun pastikan pelindung pendengaran yang Anda gunakan juga kompatibel dengan alat pelindung diri lainnya, seperti helm dan kacamata. Juga nyaman dan efisien saat dipakai serta saat Anda memakai pelindung pendengaran pastikan Anda masih bisa berkomunikasi dengan pekerja lain.
5. Motivasi dan edukasi
Motivasi dan edukasi sebaiknya diberikan tidak hanya pada pekerja saja tetapi juga pada pimpinan perusahaan. Tujuan motivasi dan edukasi adalah untuk memberi pengetahuan dan memotivasi agar program pencegahan gangguan pendengaran menjadi kebutuhan bukan paksaan, menyadari bahwa perawatan dan pencegahan lebih penting daripada kompensasi.
Edukasi program ini meliputi:
- Standar penanganan dampak kebisingan akibat kerja
- Dampak kebisingan terhadap pendengaran
- Kebijakan perusahaan dengan pengendalian bahaya kebisingan, baik yang sudah berjalan maupun rencana ke depannya
- Pentingnya audiometri dalam mencegah hilangnya pendengaran akibat kebisingan dan bagaimana melakukan tes tersebut
- Tanggung jawab pekerja dan manajemen, dengan diskusi mengenai sumber kebisingan, bagaimana pengendaliannya, dan upaya pencegahannya.
6. Pencatatan dan pelaporan data
Informasi yang harus tersimpan dalam pencatatan dan pelaporan , yaitu data hasil pengukuran kebisingan, data pengendalian kebisingan (rekayasa teknologi dan administratif), data hasil audiometri, data alat pelindung diri, data pendidikan dan pelatihan, serta data evaluasi program.
7. Evaluasi program
Penting bagi perusahaan untuk melakukan peninjauan apakah program konservasi pendengaran di atas sudah dilakukan secara menyeluruh dan kualitas pelaksanaan masing-masing komponennya sudah efektif.
Lakukan identifikasi apakah ada area kerja yang diharus dilakukan pengendalian lebih lanjut. Buat daftar yang spesifik untuk masing-masing area kerja untuk meyakinkan apakah semua komponen program telah ditindak lanjuti sesuai standar berlaku.
* * *
Gangguan pendengaran akibat bising merupakan penyakit akibat kerja yang masih sering dijumpai. Program konservasi pendengaran merupakan cara yang dapat mengurangi terjadinya gangguan pendengaran di tempat kerja. Sosialisasi program dapat meningkatkan kualitas hidup para pekerja di industri yang terpapar bising.
Sumber: safetysign.co.id
GALERI KEGIATAN
FOLLOW FANPAGE
INFORMASI
LATEST POST
- Alasan Mengapa Pelatihan Basic Sea Survival adalah Kunci Keselamatan di Industri Offshore September 5, 2024
- Belum Memiliki Sertifikat TKBT 2? Penting Mengetahui 7 Alasan Kenapa Sertifikasi TKBT 2 Sangat Dibutuhkan Perusahaan! August 30, 2024
- Pelatihan Ahli Higiene Industri Muda (HIMU) August 23, 2024
- 10 Langkah Sederhana untuk Menghindari Kecelakaan Kerja August 22, 2024
- Info Lowongan Kerja HSE Officer PT Marbun Konstruksi Indonesia August 14, 2024