Inspeksi alat pelindung jatuh harus dilakukan secara berkala setidaknya setiap 6 bulan sekali oleh petugas yang berwenang. Prosedur dan catatan inspeksi dan perawatan alat pelindung jatuh harus didokumentasikan dan terus di-update.

Saat ini, jatuh dari ketinggian merupakan penyebab cedera dan kematian paling besar pada pekerjaan konstruksi di Amerika. Sebesar 41% kecelakaan jatuh dari ketinggian terjadi di sektor konstruksi. Dari 744 kecelakaan yang diteliti, 74 korban mengenakan “safety belt“, akan tetapi 75% dari korban tersebut tidak mengaitkannya.

Bagaimana dengan kecelakaan jatuh dari ketinggian yang terjadi di Indonesia? Di Indonesia, kecelakaan akibat terjatuh dari ketinggian masih sering terjadi , terutama pada sektor konstruksi. Contoh kasusnya, setelah insiden tewasnya seorang teknisi tower provider terkemuka di Indonesia, yang terjatuh dari ketinggian 36 meter karena tidak menggunakan pengaman pada 2015 lalu, kini insiden serupa kembali terjadi di Rembang, Jawa Tengah.

Dilansir suaramerdeka.com pada 23 Oktober 2016, seorang pekerja proyek pengerjaan pabrik semen di Desa Kadiworo, Kecamatan Bulu tewas lantaran mengalami kecelakaan kerja. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari kepolisian setempat, pekerja tersebut tewas karena terjatuh dari konstruksi bangunan dengan ketinggian 80 meter.

Peristiwa itu bermula saat korban bersama dua rekannya sedang persiapan melakukan pengelasan di bangunan dengan ketinggian 80 meter. Saat tengah mempersiapkan pengelasan, diduga kaki korban terperosok. Seketika tubuh korban meluncur deras melewati saluran udara ke bawah. Tubuh korban tersangkut di lantai tiga dengan ketinggian 30 meter dari permukaan tanah.

Korban mengalami sejumlah luka sangat parah di beberapa bagian tubuhnya. Parahnya luka yang diderita korban, membuatnya harus menghembuskan napas terakhirnya di lantai 3 proyek bangunan.  Korban merupakan karyawan salah satu kontraktor pabrik semen di Rembang, Jawa Tengah.

Banyak faktor yang menjadi penyebab pekerja bisa terjatuh dari ketinggian. Occupational Safety and Health Administration (OSHA) menyatakan bahwa risiko terjatuh bisa tergantung pada beberapa faktor, di antaranya adalah manusia, peralatan, dan kondisi lingkungan kerja. Lantas, mengapa pekerja yang mengenakan peralatan pelindung jatuh masih berpotensi besar mengalami jatuh dari ketinggian?

Perlu Anda ketahui, tersedianya alat pelindung jatuh di tempat kerja tidak serta merta secara langsung bisa mengurangi angka kecelakaan kerja. Mengapa? Kurangnya pelatihan untuk pekerja adalah salah satu alasannya. Pemilihan peralatan yang tidak tepat dan kurangnya penekanan terhadap perlunya penggunaan peralatan dengan benar juga menjadi penyebabnya.

Satu hal yang tak kalah penting, namun sering diabaikan adalah, penggunaan alat pelindung jatuh yang buruk/ tidak layak akibat seringnya penggunaan dan terkena paparan dari waktu ke waktu, terlepas dari merek atau produsen. Masalahnya adalah masih banyak alat pelindung jatuh di tempat kerja yang luput dari pemeriksaan dan perawatan secara rutin.

Oleh karena itu, dalam rangka mempertahankan performa alat pelindung jatuh sebagai solusi keselamatan untuk melindungi seseorang dari kecelakaan kerja, maka komponen alat pelindung jatuh perorangan, anchorage connectors, body wear , dan komponen penghubung lainnya harus diperiksa dan dipelihara secara sistematis.

Inspeksi dan Perawatan Alat Pelindung Jatuh

Alat pelindung jatuh harus diperiksa secara visual sebelum digunakan. Pemeriksaan berkala oleh orang yang kompeten untuk mengecek kerusakan atau keausan alat harus dilakukan setidaknya setiap 6 bulan.

Frekuensi penggunaan yang sering dan tingginya jumlah paparan di area kerja membutuhkan inspeksi alat pelindung jatuh yang lebih sering. Prosedur pemeriksaan harus dibuat tertulis dan setiap pemeriksaan harus didokumentasikan.  Juga penting untuk mengikuti rekomendasi produsen pada saat melakukan inspeksi dan perawatan alat pelindung jatuh. Lakukan penggantian jika peralatan sudah tidak layak pakai atau telah kedaluwarsa.

Inspeksi Harness dan Body Belt

Untuk memeriksa harness atau body belt, sebaiknya ikuti prosedur berikut:

  • Webbing – Lakukan pemeriksaan secara visual atau dengan cara memegang webbing. Pegang webbing dan bengkokkan membentuk huruf “U”. Lihat apakah ada kerusakan atau tanda-tanda keausan seperti koyak, berserabut, kerusakan pada jahitan, perubahan warna pada jahitan, atau berjamur.
  • D-Rings/ Back Pads – Periksa kondisi ring D untuk mengetahui tanda-tanda kerusakan seperti retak, bengkok, atau berkarat. Batang ring D harus berada pada posisi 90 derajat terhadap sumbu panjang pada harness dan harus dapat berputar secara bebas. Bila Anda menemukan keadaan ring D yang tidak normal, jangan sekalipun menyepelekannya. Hal ini dikarenakan ring D merupakan satu-satunya bagian yang akan menahan hentakan saat pekerja terjatuh.
  • Buckle – Periksa buckle (gesper) untuk mendeteksi kerusakan seperti retak, bengkok, berkarat, dan tidak dapat mengunci dengan sempurna. Paku keling pada buckle harus kuat dan tidak dapat digerakkan oleh jari. Sisi dan kepala paku keling harus rata terhadap material. Paku keling yang bengkok akan gagal dalam menahan guncangan. Jangan gunakan full body harness bila terdapat kerusakan pada buckle.

Inspeksi Lanyard

Ketika Anda melakukan inspeksi pada lanyard, lakukan pemeriksaan mulai dari salah satu ujung hingga ke ujung yang berlawanan. Periksa seluruh bagian lanyard termasuk pada bagian sambungan.

  • Snap – Periksa cermat kelainan, retak, karat di permukaan hook dan matanya. Pengunci harus tetap sesuai dengan dudukannya, tidak bengkok, berubah, atau terhalang. Per pengunci harus terpasang dan dapat menekan dengan gaya yang cukup dan merata.
  • Thimbles (sarung penutup) – Sarung penutup harus merata berada pada mata sambungan, dan sambungan tidak boleh longgar atau terpotong rajutannya. Ujung dari sarung ini harus bebas dari sisi/ pinggiran yang tajam serta tidak memiliki kelainan atau retak.
  • Web Lanyard – Lengkungkan lanyard ke pipa, perhatikan setiap sisi dari web lanyard. Lanyard yang berubah warna, retak, hangus adalah tanda-tanda nyata dari kerusakan akibat panas, bahan kimia, atau paparan sinar ultra violet. Periksa juga terhadap kerusakan jahitan.
  • Rope Lanyard – Periksa lanyard dari ujung ke ujung dan lihatlah apakah terdapat tanda-tanda keausan, kerusakan, dan fiber yang terpotong. Performa lanyard yang berkurang akibat penggunaan pada beban yang ekstrem akan terlihat dengan adanya perubahan diameter. Diameter tali harus sama secara menyeluruh.

Inspeksi Self-Retracting Lifeline

Untuk memeriksa self-retracting lifeline, sebaiknya ikuti prosedur berikut:

  • Periksa permukaan lifeline, pastikan lifeline terpasang kuat pada anchor point, tidak ada kerusakan, retak, kelainan, atau keausan.
  • Periksa kekuatan daya tarik pada lifeline. Jangan gunakan lifeline, jika kekuatan daya tarik lifeline saat terjadi guncangan atau tarikan tidak maksimal atau tidak fleksibel.
  • Lifeline harus diperiksa secara teratur untuk mendeteksi adanya tanda-tanda kerusakan seperti tali menjadi renggang, retak, koyak, berserabut, atau jahitannya rusak.

Perawatan Alat Pelindung Jatuh

Perawatan dasar akan membuat alat pelindung jatuh Anda lebih tahan lama dan bertahan performanya. Penyimpanan alat sama pentingnya dengan membersihkan peralatan dari kotoran, bahan-bahan penyebab korosi atau kontaminan.

Cara Membersihkan:

Bahan nilon dan poliester:

  • Lap semua permukaan yang kotor dengan spons yang dibasahi dengan air sabun/ deterjen, kemudian bilas dengan air bersih
  • Gantung dan biarkan kering dengan sendirinya
  • Hindari menjemur dekat sumber panas atau dijemur langsung di bawah sinar matahari dalam jangka waktu yang lama
  • Jangan mengeringkan peralatan berbahan ini menggunakan mesin pengering atau dryer

Cara Menyimpan:

Tempat penyimpanan alat pelindung jatuh harus bersih, kering, dan bebas dari paparan gas berbahaya, panas berlebih, sinar ultraviolet, atau material yang bersifat korosif.

Semoga Bermanfaat, Salam Safety!

Sumber: SafetySign.co.id

 

Menu
× Butuh bantuan? klik disini!